Minggu, 30 Maret 2014

Penanganan Limbah Medik


Bismillah...
Semoga blog ini dapat membantu,,,


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, sebagai penunjang kesejahteraan masyarakat banyak, rumah sakit menjadi salah satu tempat dalam mendukung kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Rumah sakit merupakan salah satu upaya peningkatan kesehatan yang terdiri dari balai pengobatan dan tempat praktik dokter yang juga ditunjang oleh unit-unit lainnya, seperti ruang operasi, laboratorium, farmasi, administrasi, dapur, laundry, pengolahan sampah dan limbah, serta penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
Selain membawa dampak positif bagi masyarakat, yaitu sebagai tempat menyembuhkan orang sakit, rumah sakit juga memiliki kemungkinan membawa dampak negatif. Dampak negatifnya dapat berupa pencemaran dari suatu proses kegiatan, yaitu bila limbah yang dihasilkan tidak dikelola dengan baik.Dalam pengolahan limbah Rumah sakit tidak hanya menghasilkan limbah organik dan anorganik, tetapi juga limbah infeksius yang mengandung bahan beracun berbahaya (B3).
Dari keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar 10 sampai 15 persen di antaranya merupakan limbah infeksius yang mengandung logam berat, antara lain mercuri (Hg). Sekitar 40 % lainnya adalah limbah organik yang berasal dari sisa makan, baik dari pasien dan keluarga pasien maupun dapur gizi.Sisanya merupakan limbah anorganik dalam bentuk botol bekas infus dan plastik.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian limbah klinik ?
2.      Apa saja jenis-jenis limbah rumah sakit ?
3.      Bagaimanakah pengolahan limbah klinik ?
4.      Apa Dampak  pengolahan limbah bagi kesehatan ?

C.    Tujuan Penulisan
         Adapun tujuan yang ingin kami capai dalam penulisan makalah ini yaitu:
1.      Untuk mengetahui pengertian limbah klinik
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis limbah rumah sakit
3.      Untuk mengetahui bagaimana cara pengolahan limbah klinik
4.      Untuk mengetahui dampak pengelohan limbah bagi kesehatan
D.    Manfaat Penulisan
Dengan diselesaikannya makalah ini, pembaca dapat mengetahui atau menambah pengetahuannya tentang Pengolahan Limbah Klinik

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Limbah Klinik
Limbah klinik adalah Limbah yang dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin pembedahan dan di unit-unit resiko tinggi. Limbah ini mungkin berbahaya dan mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman dan populasi umum dan staf Rumah Sakit. Oleh karena itu perlu diberi label yang jelas sebagai resiko tinggi. Contoh limbah jenis tersebut ialah perban atau pembungkus yang kotor, cairan badan, anggota badan yang diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas, kantung urine dan produk darah.
B.     Jenis-Jenis Limbah Rumah Sakit
1.      Limbah klinik
Limbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin pembedahan dan di unit-unit resiko tinggi. Limbah ini mungkin berbahaya dan mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman dan populasi umum dan staf Rumah Sakit. Oleh karena itu perlu diberi label yang jelas sebagai resiko tinggi. Contoh limbah jenis tersebut ialah perban atau pembungkus yang kotor, cairan badan, anggota badan yang diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas, kantung urine dan produk darah.
2.      Limbah patologi
            Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya diautoclaf sebelum keluar dari unit patologi. Limbah tersebut harus diberi label biohazard.
3.      Limbah bukan klinik
            Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak berkontak dengan cairan badan. Meskipun tidak menimbulkan resiko sakit, limbah tersebut cukup merepotkan karena memerlukan tempat yang besar untuk mengangkut dan menbuangnya.
4.      Limbah dapur
            Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor. Berbagai serangga seperti kecoa, kutu dan hewan pengerat seperti tikus merupakan gangguan bagi staf maupun pasien di Rumah Sakit.
5.      Limbah produktif
            Walaupun limbah ini tidak  menimbulkan persoalan pengendalian infeksi di rumah sakit, pembuangan secara aman perlu diatur dengan baik. Pemberian kode warna yang berbeda untuk masing-masing sangat membantu pengelolaan limbah tersebut.
C.    Pengolahan Limbah Klinik
Pengolahan limbah RS dilakukan dengan berbagai cara. Yang diutamakan adalah sterilisasi, yakni berupa pengurangan (reduce) dalam volume, penggunaan kembali (reuse) dengan sterilisasi lebih dulu, daur ulang (recycle), dan pengolahan (treatment) (Slamet  Riyadi 2007).
Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan kodifikasi dengan warna yang menyangkut hal-hal berikut :
1.      Pemisahan Limbah
·         Limbah harus dipisahkan dari sumbernya
·         Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas
·         Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda yang menunjukkan kemana kantong plastik harus diangkut untuk insinerasi atau dibuang (Koesno Putranto. H, 1995).
2.      Penyimpanan Limbah
Di beberapa Negara kantung plastic cukup mahal sehingga sebagai gantinya dapat digunakan kantung kertas yang tahan bocor (dibuat secara lokal sehingga dapat diperoleh dengan mudah) kantung kertas ini dapat ditempeli dengan strip berwarna, kemudian ditempatkan ditong dengan kode warna dibangsal dan unit-unit lain.
3.      Penanganan Limbah
·         Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah terisi 2/3 bagian. Kemudian diikiat bagian atasnya dan diberik label yang jelas
·         Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga  jika dibawa mengayun menjauhi badan, dan diletakkan ditempat-tempat  tertentu untuk dikumpulkan.
·         Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan  warna yang sama telah dijadikan satu dan dikirimkan ketempat yang sesuai
·         Kantung harus disimpan pada kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan perusak sebelum diangkut ke tempat pembuangan.
4.      Pengangkutan Limbah
Kantung limbah dipisahkan dan sekaligus dipisahkan menurut kode warnanya. Limbah bagian bukan klinik misalnya dibawa kekompaktor, limbah bagian Klinik dibawa keinsenerator. Pengangkutan dengan kendaraan khusus kendaraan yang digunakan untuk mengangkut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan setiap hari, jika perlu dibersihkan dengan menggunakan
5.      Pembuangan limbah
Setelah dimanfaatkan dengan konpaktor, limbah bukan klinik dapat dibuang ditempat penimbunan sampah limbah klinik harus dibakar jika tidak mungkin harus ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk.
            Rumah sakit yang besar mungkin mampu memberli inserator sendiri, insinerator berukuran kecil atau menengah dapat membakar pada suhu 1300-1500 ºC atau lebih tinggi dan mungkin dapat mendaur ulang sampai 60% panas yang dihasilkan untuk kebutuhan energi rumah sakit. Suatu rumah sakit dapat pula mempertoleh penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi limbah rumah sakit yang berasal dari rumah sakit yang lain.
          Insinerator modern yang baik tentu saja memiliki beberapa keuntungan antara lain kemampuannya menampung limbah klinik maupun limbah bukan klinik, termasuk benda tajam dan produk farmasi yang tidak terpakai lagi.
Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat ditimbun dengan kapur dan ditanam. Langkah-langkah pengapuran tersebut meliputi sebagai berikut :
·         Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter
·         Tebarkan limbah klinik didasar lubang samapi setinggi  75 cm
·         Tambahkan lapisan kapur
·          Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa ditanamkan samapai ketinggian 0,5 meter dibawah permukaan tanah
·         Akhirnya lubang tersebut harus ditutup dengan tanah.
            Perlu diingat, bahan yang tidak dapat dicerna secara biologi misalnya kantung plastik tidak perlu ikut ditimbun. Oleh karenanya limbah yang ditimbun dengan kapur ini dibungkus kertas. Limbah-limbah tajam harus ditanam.Limbah bukan klinik tidak usah ditimbun dengan kapur dan mungkin ditangani oleh DPU atau kontraktor swasta dan dibuang ditempat tersendiri atau tempat pembuangan sampah umum. Limbah klinik, jarum, semprit tidak boleh dibuang pada tempat pembuangan sampah umum.
Semua petugas yang menangani limbah klinik perlu dilatih secara memadai dan mengetahui langkah-langkah apa yang harus dilakukan jika mengalami inokulasi atau kontaminasi badan. Semua petugas harus menggunakan pakaian pelindung yang memadai, imunisasi terhadap hepatitis B sangat dianjurkan dan catatan mengenai imunisasi tersebut sebaiknya tersimpan dibagian kesehatan kerja.


D.    Dampak Pengolahan Limbah Bagi Kesehatan
Ø  Dampak Sampah Bagi Kesehatan
            Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:
1.      Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
2.      Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
3.      Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernaaan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
4.       Sampah beracun  telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator

BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
1.      Limbah klinik adalah limbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin pembedahan dan di unit-unit resiko tinggi. Limbah ini mungkin berbahaya dan mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman dan populasi umum dan staf Rumah Sakit. Oleh karena itu perlu diberi label yang jelas sebagai resiko tinggi.
2.      Jenis-jenis limbah rumah sakit
a.       Limbah klinik
b.      Limbah patologi
c.       Limbah bukan klinik
d.      Limbah dapur
e.       Limbah produktif
3.      Pengolahan limbah klinik
            Pengolahan limbah RS Pengelolaan limbah RS dilakukan dengan berbagai cara. Yang diutamakan adalah sterilisasi, yakni berupa pengurangan (reduce) dalam volume, penggunaan kembali (reuse) dengan sterilisasi lebih dulu, daur ulang (recycle), dan pengolahan (treatment) (Slamet  Riyadi 2007).
4.      Dampak pengolahan limbah bagi kesehatan
a.       Penyakit diare
b.      Penyakit jamur
c.       Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan
d.      Sampah beracun
B.     Saran
            Sebaiknya pengolahan limbah klinik di olah sesuai dengan prosedur pengolahan limbah sehingga tidak mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan.
DAFTAR  PUSTAKA
Arifin.M, 2008,  Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan. FKUI
Depkes RI. 2002. Pedoman Umum Hygene Sarana dan Bangunan Umum.
Departemen Kesehatan RI. 1992. Peraturan Proses Pembungkusan Limbah Padat.
Departement Kesehatan RI. 1997. Profil Kesehatan Indonesia.
www.google.com

Issue Etik Dalam Pelayanan Keidanan



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Derasnya arus globalisasi yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat dunia, juga mempengaruhi munculnya masalah/penyimpangan etik sebagai akibat kemajuan teknologi/ilmu pengetahuan yang menimbulkan konflik terhadap nilai. Arus kesejahteraan ini tidak dapat dibendung, pasti akan mempengaruhi pelayanan kebidanan. Dalam hal ini bidang yang praktek mandiri menjadi pekerja yang bebas Mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.
Istilah etik yang kita gunakan sehari-hari pada hakikatnya berkaitan dengan falsafah moral yaitu menganai apa yang dianggap baik atau buruk di masyarakat dalam kurun waktu tertentu, sesuai dengan perubahan atau perkembangan norma atau nilai . Dikatakan kurun waktu tertentu karena etik dan moral bisa berubah dengan lewatnya waktu.

B.  Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan issue, etik dan moral?
2.    Pendekatan apa saja yang dilakukan oleh para filosofi untuk menyelesikan masalah issue?
3.    Apa saja yang menjadi prinsip etik yang digunakan dalam perawatan praktek kebidanan?

C.  Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui yang dimaksud issue, etik dan moral.
2.    Untuk mengetahui pendekatan yang dilakukan oleh para filosofi untuk menyelesikan masalah issue.
3.   
Untuk mengetahui prinsip etik yang digunakan dalam perawatan praktek kebidanan.
D.  Manfaat Penulisan
1.    Agar kita mengetahui yang dimaksud issue, etik dan moral.
2.    Agar kita mengetahui pendekatan yang dilakukan oleh para filosofi untuk menyelesikan masalah issue.
3.    Agar kita mengetahui prinsip etik yang digunakan dalam perawatan praktek kebidanan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.  Pengertian Issue, Etik dan Moral
Issue adalah masalah pokok yang berkembang di masyarakat atau suatu lingkungan yang belum tentu benar, serta membutuhkan pembuktian. Isu adalah topic yang menarik untuk didiskusikan dan sesuatu yang memungkinkan orang untuk mengemukakan pendapat yang bervariasi.
Isu muncul dikarenakan adanya perbedaan nilai.
Etika diartikan “sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan dalam hidup manusia khususnya perbuatan manusia yang didorong oleh kehendak dengan didasari pikiran yang jernih dengan pertimbangan perasaan. Sedangkan etik ialah suatu cabang ilmu filsafat. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa etik adalah disiplin yang mempelajari tentang baik atau buruk sikap tindakan manusia. Etika Merupakan bagian filosofis yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah, dan penyelesaiannya baik atau tidak (Jones, 1994).
Moral adalah keyakinan individu bahwa sesuatu adalah mutlak baik, atau buruk walaupun situasi berbeda. Teori moral mencoba menformulasikan suatu prosedur dan mekanisme untuk pemecahan masalah etik. Issue etik dalam pelayanan kebidanan merupakan topik yang penting yang berkembang di masyarakat tentang nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan yang berhubungan dengan segala aspek kebidanan yang menyangkut baik dan buruknya. Issue moral adalah topik yang penting berhubungan dengan benar dan salah dalam kehidupan sehari – hari.

B.  Issue Etik Dalam Pelayanan Kebidanan

Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalm menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah pernyataan itu baik atau buruk. Issue etik dalam pelayanan kebidanan merupakan topik yang penting yang berkembang di masyarakat tentang nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan yang berhubungan dengan segala aspek kebidanan yang menyangkut baik dan buruknya.

C.  Issue Moral Dalam Pelayanan Kebidanan
Moral merupakan pengetahuan atau keyakian tentang adanya hal yang baik dan buruk yang mempengaruhi siakap seseorang.  Kesadaran tentang adanya baik buruk berkembang pada diri seseorang seiring dengan pengaruh lingkungan, pendidikan, sosial budaya, agama, dll. Hal ini yang disebut kesadaran moral.  Isu moral dalam pelayanan kebidanan merupakan topik yang penting yang berhubungan dengan benar dan salah dalam kehidupan sehari-hari yang ada kaitannya dengan pelayanan kebidanan.

D.  Penyelesaian Masalah Issue, Dilema dan Konflik Moral
1.    Issue:
Para Filsuf telah mencoba mengembangkan lima pendekatan berbeda dalam hubungan dengan penyelesaian isu-isu moral.
a.    Pendekatan Utilitaria
b.    Pendekatan Hak dan Kehendak Bebas
c.    Pendekatan Keadilan
d.   Pendekatan Kepentingan Bersama
e.    Pendekatan Kebaikan/Kebajikan
Kelima pendekatan di atas menyarankan bahwa pada saat kita diperhadapkan dengan fakta yang diidentifikasi menjadi masalah moral, kita harus menanyakan lima hal dalam diri sebelum mencoba untuk memecahkan masalah itu.
Tentu saja, metode ini tidak menjadi solusi otomatis bagi masalah-masalah moral. Kemampuan mengidentifikasi hal-hal penting, kemudian mengkritisinya, itulah yang disebut sebagai “Berpikir secara etis”.  Kita harus tetap membuka mata dan telinga, hati dan pikiran terhadap semua hal yang terjadi di sekeliling kita, agar tetap peka dengan kenyataan dan dapat memberikan kontribusi yang positif baik bagi pribadi maupun masyarakat.
2.    Dilema:
Empat  tingkatan kerja pertimbangan moral dalam pengambilan keputusan ketika menghadapi dilema etik:
a.    Tingkatan I
Keputusan dan tindakan : Bidan merefleksikan pada pengalaman atau  pengalaman rekan kerja.
b.    Tingkat II
Peraturan : berdasarkan kaidah kejujuran (berkata benar), privasi , kerahasiaan dan kesetiaan (menepati janji). Bidan sangat familiar, tidak meninggalkan kode etik dan  panduan praktek profesi.
c.    Tingkat III
Ada 4 prinsip etik yang digunakan dalam perawatan praktek kebidanan:
~     Antonomy, memperhatikan penguasaan diri, hak kebebasan dan pilihan individu.
~     Beneticence, memperhatikan peningkatan kesejahteraan klien, selain itu berbuat terbaik untuk orang lain.
~     Non maleticence, tidak melakukan tindakan yang menimbulkan penderitaan apapun kerugian pada orang lain.
~      Justice, memperhatikan keadilan, pemerataan beban dan keuntungan. (Beaucamo & Childrens 1989 dan Richard, 1997)
d.   Tingkat IV
Teori pengambilan keputusan yaitu:
~     Teori  Utilitarisme
Teori utilitarisme mengutamakan adanya konsekuensi kepercayaan adanya kegunaan. Dipercaya bahwa semua manusia mempunyai perasaan menyenangkan dan perasaan sakit. Ketika keputusan dibuat seharusnya memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan ketidaksenangan. Prinsip umum dari utilitarisme adalah didasarkan bahwa tindakan moral menghasilkan kebahagiaan yang besar bila menghasilkan jumlah atau angka yang besar.

~     Teori Deontology
Menurut Immanuel Kant: sesuatu dikatakan baik dalam arti sesungguhnya adalah kehendak yang baik, kesehatan, kekayaan, kepandaian adalah baik. Jika digunakan dengan baik oleh kehendak manusia, tetapi jika digunakan dengan kehendak yang jahat akan menjadi jelek sekali. Kehendak menjadi baik jika bertindak karena kewajiban. Kalau seseorang bertindak karena motif tertentu atau keinginan tertentu berarti disebut tindakan yang tidak baik. Bertindak sesuai kewajiban disebut legalitas.
~     Teori Hedonisme
Menurut Aristippos (433-355 SM) sesuai kodratnya setiap manusia mencari kesenangan dan menghindari ketidaksenangan. Akan tetapi, ada batas untuk mencari kesenangan. Hal yang penting adalah menggunakan kesenangan dengan baik dan tidak terbawa oleh kesenangan.
~     Teori Eudemonisme
Menurut Aristippos (433-355 SM) sesuai kodratnya setiap manusia mencari kesenangan dan menghindari ketidaksenangan. Akan tetapi, ada batas untuk mencari kesenangan. Hal yang penting adalah menggunakan kesenangan dengan baik dan tidak terbawa oleh kesenangan.
Bidan ada dalam posisi baik yaitu memfasilitasi pilihan klien dan membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang etika untuk menetapkan dalam strategi praktik kebidanan.
3.    Konflik:
a.    Memberi informasi yang lengkap pada ibu, informasi yang jujur, tidak jelas dan dapat dipahami oleh ibu, menggunakan alternatif media ataupun yang lain, sebaiknya tatap muka.
b.    Bidan dan tenaga kesehatan lain perlu belajar untuk membantu ibu menggunakan haknya dan menerima tanggungjawab keputusan yang diambil.
c.    Hal ini dapat diterima secara etika dan menjamin bahwa tenaga kesehatan sudah memberikan asuhan yang terbaik dan memastikan ibu sudah diberikan informsi yang lengkap tentang dampak dari keputusan mereka.
d.   Menjaga fokus asuhan pada ibu dan evidence based, diharapkan konflik dapat ditekan serendah mungkin.
e.    Tidak perlu takut akan konflik tetapi mengganggapnya sebagai suatu kesempatan untuk saling memberi dan mungkin suatu penilaian ulang yang obyektif bermitra dengan wanita dari sistem asuhan dan tekanan positif pada perubahan.
 
BAB III
PEMBAHASAN
A.  Kasus
Ny A berumur 48 tahun dengan riwayat kehamilan G7P6A0, inpartu di ruang bersalin rumah sakit. Klien dirujuk dari BPS sebab memiliki riwayat post SC 2x karena hipertensi gravidarum. Klien rencananya akan dioperasi sesaria dengan kasus yang sama dan klien ditawari untuk tubektomi oleh Bidan C mengingat klien telah masuk dalam kehamilan beresiko. Klien setuju dengan saran bidan tersebut meski awalnya ragu dan tidak setuju. Akhirnya klien, Ny A ditubektomi dan ternyata suami Ny A marah kepada Bidan C sebab tidak setuju istrinya di tubektomi.

B.  Konflik
Bidan C menyarankan Ny A untuk melakukan tubektomi untuk menghindari resiko yang lebih tinggi jika terjadi kehamilan selanjutnya. Namun ternyata suami Ny A tidak setuju.

C.  Issue
Menurut suami Ny A, Bidan C memaksa istrinya untuk ditubektomi dan tidak meminta persetujuannya sebagai suami Ny A.

D.  Dilema
Ny A termasuk dalam kehamilan beresiko, G7P6A0 dengan umur 48 tahun dan riwayat SC 2x karena hipertensi gravidarum. Bila ditinjau dari hak pasien, Ny A memiliki pilihan untuk menerima atau menolak saran Bidan untuk ditubektomi. Namun, Bidan C khawatir tingginya resiko kehamilan selanjutnya.



 
E.  Tanggapan
Menurut kami, bidan tersebut telah memfasilitasi pengambilan keputusan klien dengan menawarkan pilihan tubektomi demi kepentingan keselamatan klien, peningkatan kesejahteraan serta menghindari masalah di kemudian hari dengan menerapkan prinsip etik Beneticence dan bidan juga tetap memperhatikan prinsip etik autonomy –kebebasan klien untuk memilih atau mengambil keputusan berupa  informed consent atau persetujuan tindakan meski pada akhirnya suami klien tidak setuju istrinya ditubektomi.
Untuk suami klien, ketika kondisi telah tenang bidan sebaiknya memanggil dengan baik dan memberi penjelasan yang mudah dimengerti tentang alasan mengapa Ny A ditawarkan untuk melakukan tubektomi. Perlu juga dikonfirmasi bahwa Ny A melakukan tubektomi tanpa paksaan dari bidan. Sebab, meski bidan menyarankan untuk melakukan tubektomi keputusan tetap ada pada Ny A.

BAB IV
PENUTUP
A.  Simpulan
1.    Isu adalah masalah pokok yang berkembang di masyarakat atau suatu lingkungan yang belum tentu benar, serta membutuhkan pembuktian. Etika diartikan sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan dalam hidup manusia khususnya perbuatan manusia yang didorong oleh kehendak dengan didasari pikiran yang jernih dengan pertimbangan perasaan. Sedangkan etik ialah suatu cabang ilmu filsafat. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa etik adalah disiplin yang mempelajari tentang baik atau buruk sikap tindakan manusia. Moral adalah keyakinan individu bahwa sesuatu adalah mutlak baik, atau buruk walaupun situasi berbeda.
2.    Para Filsuf telah mencoba mengembangkan lima pendekatan berbeda dalam hubungan dengan penyelesaian isu-isu moral, yaitu: pendekatan utilitaria, pendekatan hak dan kehendak bebas, pendekatan keadilan, pendekatan kepentingan bersama, dan pendekatan kebaikan/kebajikan.
3.    Teori utilitarisme mengutamakan adanya konsekuensi kepercayaan adanya kegunaan. Dipercaya bahwa semua manusia mempunyai perasaan menyenangkan dan perasaan sakit. Ketika keputusan dibuat seharusnya memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan ketidaksenangan. Prinsip umum dari utilitarisme adalah didasarkan bahwa tindakan moral menghasilkan kebahagiaan yang besar bila menghasilkan jumlah atau angka yang besar.

B.  Saran
Diharapkan kepada calon bidan untuk senantiasa memperhatikan dan mempertimbangkan perihal etik profesi kebidanan dalam setiap keputusan tindakan yang diambilnya. Sehingga setiap tindakannya mampu dipertanggungjawabkan secara profesional dan undang-undang yang berlaku.
 DAFTAR PUSTAKA
http://ikafauzi-cm.blogspot.com/2013/06/kasus-issu-etik-dilema-konflik-dan.html
http://itaeko.blogspot.com/2012/12/issue-etik-dalam-pelayanan-kebidanan.html